"UI jaring dosen asal Indonesia di luar negeri" aku posting dalam beberapa milist ku
isinya dimana Rektor UI Gumilar Rusliwa Sumantri akan menjaring dosen terkemuka asal Indonesia yang mengajar di perguruan tinggi di luar negeri untuk berkarya di Tanah Air sehingga dapat dibentuk Centre of Excellent selengkapnya
ternyata respon kawan-kawan sangat beragam ada yang mendukung ada yang tidak
sebagian mengatakan cepat atau lambat para dosen dan ilmuwan berasal Indonesia akan kembali ke Indonesia
tapi ada juga yang menyatakan bahwa kemungkinan besar mereka tidak akan kembali, apalagi setelah mereka mendengar atau melihat kenyataan yang terjadi sekarang di negaranya (masih gak ya..mereka Ingat negaranya
pada intinya memang perlu adanya pembenahan diri terutama dalam sektor pendidikan dan sektor-sektor lainnya yang pasti seperti pendapat kawan saya yang perlu diperhatikan saat ini adalah:
1. Pendidikan yg murah dan terjangkau. Karena setiap rakyat berhak untuk mendapatkan pendidikan.
Bukan masalah dosennya lulusan luar / dalam ataupun bergelar Doktor, PhD, Msc, ataupun apapun sebutannya.
Saat ini kebanyakan pendidikan di komersialkan. Yang berduit bisa masuk kemana aja, tergantung kemapuan untuk meberikan sumbangan sebagai tanda masuk. Yang ditakutkan kelak, orang miskin, tapi punya kemampuan bakal ga bisa sekolah. Secara pribadi aq lebih setuju dengan orang sederhana, tp yg mau berbagi ilmunya tanpa mengharapkan imbalan. Daripada seorang Doktor, tp untuk membagi ilmunya kita harus mengelurkan duit puluhan juta. Karena ilmu baru bisa dikatakan bermanfaat, apabila ilmu itu bisa kita bagi dengan yg lainnya. Orang pintar yg pintar u/ dirinya sendiri skr dah banyak, tp orang berilmu yg mau mebagikan ilmunya dengan iklas itu yg langka.
2. Biaya pengobatan yg murah dan terjangkau.
1. Biaya sekolah kedokteran yg selangit. Saat ini mahasiswa2 FK kebanyakan berasal dari anak2 orang mampu. Bahkan yg aq tau, seorang dokter mewajibkan salah satu anaknya tuk kuliah di FK.
2. Obat dijadikan lahan bisnis. Dokter pun menjadi sales bagi sebuah merk obat.
3. Pemakaiana provider kesehatan yg unlimited dari perusahaan tempat kita bekerja.
Sekarang tiap kali kita berobat selalu ditanya " Pribadi atau Perusahaan?" . Bayangin aja, sekali kita berobat hanya untuk sakit flue biayanya bisa mencapai Rp.250.000.
Tapi perlu di ingat, masih ada koq dosen, guru, dokter yg memang bekerja dan menjalankan profesinya untuk sebuah nilai kemanusiaan. Tapi ketika semuanya menjadi mahal, satu persatu akan ikut mahal juga.
Ketika biaya menjadi seorang dokter mahal, maka akan berimbas dgn makin mahalnya ketika kita berobat.
Ketika biaya sekolah S3 mahal, maka akan berimbas dengan makin mahalnya biaya masuk kuliah.
Dalam ketidak mampuanku tuk merubah, aq hanya bisa berharap
Mengaharapkan suatu perubahan
Dimana perubahan itu meski pelan tapi nyata bentuknya
Karena saat ini yg dibutuhkan adalah bukti bukan sekedar janji
Yang miskin tetap bisa berdampingan sekolah degang yg kaya
Si miskin pun tak ingin punya keturunan yg sama
"Ayah boleh cuma lulusan SD, tp tidak dengan anak ku kelak"
Kira2 seperti itu harapan setiap orang tua......... ......... ......... ..
Wong Ndeso Dalam Perantauan,
Ichal
Comments